BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lingkungan
sekolah merupakan sebuah institusi pendidikan mempunyai budaya tidak tertulis
yang mendefinisikan standar-standar perilaku yang dapat diterima secara baik,
yang tersirat dalam budaya dominan sekolah. Setiap sekolah merupakan suatu
sistem yang khas, mempunyai kepribadian dan jati diri sendiri, sehinga memiliki
budaya yang khas pula. Budaya sekolah bisa merupakan bagian atau sub budaya
dari budaya masyarakat, budaya bangsa dan negara.
Manajemen
sekolah yang berbudaya mengalami
perubahan yang mendasar dengan pendekatan tidak terpusat sebagai implikasi
otonomi pendidikan, yang memberikan otonomi yang luas pada sekolah dan
partisipasi masyarakat yang intensif, menggunakan pendekatan profesional bukan
pendekatan pemerintahan, pengambilan keputusan bersifat ikut berperan serta
bukan terpusat, dan adanya pemberdayaan seluruh potensi atau sumberdaya yang
ada untuk peningkatan mutu pendidikan. Pengelolaan pendidikan yang menekankan
kemandirian sekolah merupakan penjabaran dari otonomi pendidikan di sekolah.
Pemberian otonomi pendidikan kepada sekolah merupakan usaha untuk meningkatkan
mutu pendidikan secara luas, sehingga sekolah dapat leluasa mengelola
sumberdaya dengan mengalokasikanya sesuai prioritas kebutuhan serta tanggap
terhadap kebutuhan masyarakat sekitar.
Pengelolaan
pendidikan berbasis manajemen mutu lebih menekankan pada kemandirian,
kreativitas sekolah dan perbaikan proses yang lebih dijiwai oleh budaya mutu.
Sekolah bertanggung jawab atas mutu pendidikan kepada pemerintah, orangtua
peserta didik, masyarakat, dan pelanggan pendidikan. Di
sinilah pentingnya membangun budaya mutu sebagai sebuah filosofi dan pijakan
dasar sekolah dalam mengembangkan diri secara berkesinambungan.
Banyak hal yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Salah satu dari hal tersebut
adalah membangun budaya sekolah dengan baik. Budaya sekolah merupakan budaya
organisasi dalam konteks persekolahan. Budaya sekolah sebagai kualitas
kehidupan sekolah yang tumbuh dan berkembang berdasarkan semangat dan nilai
yang dianut sekolah, yakni dalam bentuk bagaimana warga sekolah seperti komite
sekolah, yayasan, kepala sekolah, guru, karyawan, dan siswa belajar, dan
berhubungan satu sama lain. Budaya sekolah merupakan faktor yang mendukung
dalam membantuk siswa menjadi manusia yang optimis, berani tampil, bekerja sama
yang baik serta memiliki kecakapan personal dan akdemik.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui pengertian hubungan
antara manajemen lingkungan dengan budaya sekolah.
2. Mengetahui tujuan manajemen sekolah dan
budaya sekolah dengan meningkatkan kualitas peserta didik.
3. Mengetahui prinsip-prinsip pelaksanaan
manajemen lingkungan dan budaya sekolah terhadap para peserta didik
4. Mengetahui bagaimana mendekatkan manajemen
lingkunngan dan budaya sekolah.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Budaya sekolah adalah
nilai-nilai dominan yang didukung oleh sekolah atau pegangan yang menuntun
kebijakan sekolah terhadap semua unsur dan komponen sekolah termasuk
stakeholders pendidikan, seperti cara melaksanakan pekerjaan di sekolah serta
asumsi atau kepercayaan dasar yang dianut oleh personil sekolah. Budaya sekolah merujuk
pada suatu sistem nilai, kepercayaan dan norma-norma yang diterima secara
bersama, serta dilaksanakan dengan penuh kesadaran sebagai perilaku alami, yang
dibentuk oleh lingkungan yang menciptakan pemahaman yang sama diantara seluruh
unsur dan personil sekolah baik itu kepala sekolah, guru, staf, siswa dan opini
masyarakat yang sama dengan sekolah.
Pengembangan budaya sekolah hendaknya senantiasa
merujuk pada kemampuan kepala sekolah dalam mengembangkan budaya unggul (
the culture of execuence) di sekolah. Kepala sekolah hendaknya menekankan
pentingnya membangun budaya yang memberikan kontribusi terhadap peningkatan
kualitas proses pendidikan di sekolah.
2.2 Tujuan
manajemen lingkungan dan budaya sekolah
Beberapa manfaat yang
bisa diambil dari upaya pengembangan budaya sekolah, diantaranya :
a. Menjamin kualitas kerja
yang lebih baik
b. Membuka seluruh jaringan
komunikasi dari segala jenis dan level baik komunikasi vertikal maupun
horizontal
c. Lebih terbuka dan
transparan
d. Menciptakan kebersamaan
dan rasa saling memiliki yang tinggi
e. Meningkatkan solidaritas
dan rasa kekeluargaan
f. Jika menemukan kesalahan
akan segera dapat diperbaiki
g. Dapat beradaptasi dengan
baik terhadap perkembangan IPTEK.
2.3 Prinsip-prinsip
manajemen lingkungan dan budaya sekolah
Pengetahuan dan
kesopanan para personil sekolah yang disertai dengan kemampuan untuk memperoleh
kepercayaan dari siapa saja akan memberikan kesan yang meyakinkan bagi orang
lain. Dimensi ini menuntut para guru, staf dan kepala sekolah tarmpil,
profesional dan terlatih dalam memainkan perannya memenuhi tuntutan dan
kebutuhan siswa, orang tua dan masyarakat.
2.3.1 Upaya
pengembangan budaya sekolah seharusnya mengacu kepada beberapa prinsip berikut
ini.
1. Berpedoman pada Visi,
Misi dan Tujuan Sekolah.
Pengembangan budaya
sekolah harus senantiasa sejalan dengan visi, misi dan tujuan sekolah. Fungsi
visi, misi, dan tujuan sekolah adalah mengarahkan pengembangan budaya sekolah.
Visi tentang keunggulan mutu misalnya, harus disertai dengan program-program
yang nyata mengenai penciptaan budaya sekolah.
2. Penciptaan Komunikasi
Formal dan Informal.
Komunikasi merupakan
dasar bagi koordinasi dalam sekolah, termasuk dalam menyampaikan pesan-pesan
pentingnya budaya sekolah. Komunikasi informal sama pentingnya dengan
komunikasi formal. Dengan demikian kedua jalur komunikasi tersebut perlu
digunakan dalam menyampaikan pesan secara efektif dan efisien.
3. Inovatif dan Bersedia
Mengambil Resiko.
Salah satu dimensi
budaya organisasi adalah inovasi dan kesediaan mengambil resiko. Setiap
perubahan budaya sekolah menyebabkan adanya resiko yang harus diterima khususnya
bagi para pembaharu. Ketakutan akan resiko menyebabkan kurang beraninya seorang
pemimpin mengambil sikap dan keputusan dalam waktu cepat.
4. Memiliki Strategi yang
Jelas.
Pengembangan budaya
sekolah perlu di landasi oleh strategi dan program. Startegi mencakup cara-cara
yang ditempuh sedangkan program menyangkut kegiatan operasional yang perlu
dilakukan. Strategi dan program merupakan dua hal yang selalu berkaitan.
5. Berorientasi pada Kinerja.
Pengembangan budaya
sekolah perlu diarahkan pada sasaran yang dapat diukur. Sasaran yang dapat
diukur akan mempermudah pengukuran capaian kinerja dari suatu sekolah.
6. Sistem Evaluasi yang
Jelas.
Untuk mengetahui kinerja
pengembangan budaya sekolah perlu dilakukan evaluasi secara rutin dan bertahap:
jangka pendek, sedang, dan jangka panjang. Karena itu perlu dikembangkan sistem
evaluasi terutama dalam hal: kapan evaluasi dilakukan, siapa yang melakukan dan
mekanisme tindak lanjut yang harus dilakukan.
7. Memiliki Komitmen yang
Kuat.
Komitmen dari pimpinan
dan warga sekolah sangat menentukan implementasi program-program pengembangan
budaya sekolah. Banyak bukti menunjukkan bahwa komitmen yang lemah terutama
dari pimpinan menyebabkan program-program tidak terlaksana dengan baik.
8. Keputusan Berdasarkan
Kesepakatan
Ciri budaya organisasi
yang positif adalah pengambilan keputusan partisipatif yang berujung pada
pengambilan keputusan bersama. Meskipun hal itu tergantung pada situasi
keputusan, namun pada umumnya kesepakatan dapat meningkatkan komitmen anggota
organisasi dalam melaksanakan keputusan tersebut.
9. Sistem Imbalan yang
Jelas.
Pengembangan budaya
sekolah hendaknya disertai dengan sistem imbalan meskipun tidak selalu dalam
bentuk barang atau uang. Bentuk lainnya adalah penghargaan atau kredit poin
terutama bagi siswa yang menunjukkan perilaku positif yang sejalan dengan
pengembangan budaya sekolah.
10. Evaluasi Diri
Evaluasi diri merupakan
salah satu alat untuk mengetahui masalah-masalah yang dihadapi di sekolah.
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan curah pendapat atau menggunakan
skala penilaian diri. Kepala sekolah dapat mengembangkan metode penilaian diri
yang berguna bagi pengembangan budaya sekolah
2.3.2 Selain mengacu kepada sejumlah prinsip di
atas, upaya pengembangan budaya sekolah juga sebaiknya berpegang
pada asas-asas berikut ini:
1.
Kerjasama Kelompok
Pada dasarnya sebuah
komunitas sekolah merupakan sebuah kumpulan individu yang bekerja sama untuk
mencapai tujuan. Nilai kerja sama merupakan suatu keharusan dan kerjasama
merupakan aktivitas yang bertujuan untuk membangun kekuatan-kekuatan atau
sumber daya yang dimilki sekolah.
2.
Kemampuan.
Menunjuk pada kemampuan
untuk mengerjakan tugas dan tanggung jawab pada tingkat kelas atau sekolah.
Dalam lingkungan pembelajaran, kemampuan profesional guru bukan hanya
ditunjukkan dalam bidang akademik tetapi juga dalam bersikap dan bertindak yang
mencerminkan pribadi pendidik.
3.
Keinginan.
Keinginan pada kemauan
atau kerelaan untuk melakukan tugas dan tanggung jawab untuk memberikan
kepuasan terhadap siswa dan masyarakat. Keinginan harus diarahkan pada usaha
untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan dan kompetensi diri dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagai budaya yang muncul dalam diri
pribadi baik sebagai kepala sekolah, guru, dan staf dalam memberikan pelayanan
kepada siswa dan masyarakat.
4.
Kegembiraan.
Nilai kegembiraan ini
harus dimiliki oleh seluruh personil sekolah dengan harapan kegembiraan yang
kita miliki akan berimplikasi pada lingkungan dan iklim sekolah yang ramah dan
menumbuhkan perasaan puas, nyaman, bahagia dan bangga sebagai bagian dari
personil sekolah. Jika perlu dibuat wilayah-wilayah yang dapat membuat suasana
dan memberi nuansa yang indah, nyaman, asri dan menyenangkan, seperti taman
sekolah ditata dengan baik dan dibuat wilayah bebas masalah atau wilayah harus
senyum dan sebagainya.
5.
Hormat.
Rasa hormat merupakan
nilai yang memperlihatkan penghargaan kepada siapa saja baik dalam lingkungan
sekolah maupun dengan stakeholders pendidikan lainnya.
Keluhan-keluhan yang terjadi karena perasaan tidak dihargai atau tidak
diperlakukan dengan wajar akan menjadikan sekolah kurang dipercaya. Sikap
respek dapat diungkapkan dengan cara memberi senyuman dan sapaan kepada siapa
saja yang kita temui, bisa juga dengan memberikan hadiah yang menarik sebagai
ungkapan rasa hormat dan penghargaan kita atas hasil kerja yang dilakukan
dengan baik.
6.
Jujur.
Nilai kejujuran
merupakan nilai yang paling mendasar dalam lingkungan sekolah, baik kejujuran
pada diri sendiri maupun kejujuran kepada orang lain. Nilai kejujuran tidak
terbatas pada kebenaran dalam melakukan pekerjaan atau tugas tetapi mencakup
cara terbaik dalam membentuk pribadi yang obyektif. Tanpa kejujuran,
kepercayaan tidak akan diperoleh. Oleh karena itu budaya jujur dalam setiap
situasi dimanapun kita berada harus senantiasa dipertahankan. Jujur dalam
memberikan penilaian, jujur dalam mengelola keuangan, jujur dalam penggunaan
waktu serta konsisten pada tugas dan tanggung jawab merupakan pribadi yang kuat
dalam menciptakan budaya sekolah yang baik.
7.
Disiplin.
Disiplin merupakan suatu
bentuk ketaatan pada peraturan dan sanksi yang berlaku dalam lingkungan
sekolah. Disiplin yang dimaksudkan dalam asas ini adalah sikap dan perilaku
disiplin yang muncul karena kesadaran dan kerelaan kita untuk hidup teratur dan
rapi serta mampu menempatkan sesuatu sesuai pada kondisi yang seharusnya. Jadi
disiplin disini bukanlah sesuatu yang harus dan tidak harus dilakukan karena
peraturan yang menuntut kita untuk taat pada aturan yang ada. Aturan atau tata
tertib yang dipajang dimana-mana bahkan merupakan atribut, tidak akan menjamin
untuk dipatuhi apabila tidak didukung dengan suasana atau iklim lingkungan
sekolah yang disiplin. Disiplin tidak hanya berlaku pada orang tertentu saja di
sekolah tetapi untuk semua personil sekolah tidak kecuali kepala sekolah, guru
dan staf.
8.
Empati.
Empati adalah kemampuan
menempatkan diri atau dapat merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain namun
tidak ikut larut dalam perasaan itu. Sikap ini perlu dimiliki oleh seluruh
personil sekolah agar dalam berinteraksi dengan siapa saja dan dimana saja
mereka dapat memahami penyebab dari masalah yang mungkin dihadapai oleh orang
lain dan mampu menempatkan diri sesuai dengan harapan orang tersebut. Dengan
sifat empati warga sekolah dapat menumbuhkan budaya sekolah yang lebih baik
karena dilandasi oleh perasaan yang saling memahami.
9.
Pengetahuan dan Kesopanan.
Pengetahuan dan
kesopanan para personil sekolah yang disertai dengan kemampuan untuk memperoleh
kepercayaan dari siapa saja akan memberikan kesan yang meyakinkan bagi orang
lain. Dimensi ini menuntut para guru, staf dan kepala sekolah tarmpil,
profesional dan terlatih dalam memainkan perannya memenuhi tuntutan dan
kebutuhan siswa, orang tua dan masyarakat.
2.3.3 Pendekatan pengembangan manajemen
lingkungan dan budaya sekolah
Pengetahuan dan
kesopanan para personil sekolah yang disertai dengan kemampuan untuk memperoleh
kepercayaan dari siapa saja akan memberikan kesan yang meyakinkan bagi orang
lain. Dimensi ini menuntut para guru, staf dan kepala sekolah tarmpil,
profesional dan terlatih dalam memainkan perannya memenuhi tuntutan dan
kebutuhan siswa, orang tua dan masyarakat.
1. Mendorong kerjasama atau kolaborasi
2. Memantapkan hubungan antara misi dan praktik
dengan penuh antusiame, fasilitasi, memenuhi kebutuhan guru dan murid, memahami
motivsi karyawan, dan mendorong pertumbuhan personil
3. Berlaku Kreatif
4. Mearangsang pelaksanaan mengajar yang baik
5. Memandang persoalan sebagai peluang dan
memfokuskan solusi
6. Memikirkan orang lain
7. Menciptakan jaringan yang mengurangi isolasi guru
dan mendorong tukar pikir professional
8. Tetap memfokuskan kepada kinerja murid
9. Pemilihan staf secara tepat
10. Pengangkatan kepemimpinan secara formal
11. Bekerjasama dengan pemimpin
informal
12. Menangani konflik antara para
pemimpin informal
13. Komunikasi dua-arah secara
teratur
BAB
III
PENUTUP
3.1 Rangkuman
Budaya sekolah adalah
nilai-nilai dominan yang didukung oleh sekolah atau pegangan yang menuntun
kebijakan sekolah terhadap semua unsur dan komponen sekolah termasuk
stakeholders pendidikan, seperti cara melaksanakan pekerjaan di sekolah serta
asumsi atau kepercayaan dasar yang dianut oleh personil sekolah.
Dalam pengembangan
budaya sekolah perlu mengacu pada 10 prnsip dari berpedoman pada Visi, Misi dan
Tujuan Sekolah hingga Evaluasi Diri, selain menggunakan 10 prinsip tersebut
dalam pengembangan kebudayaan sekolah juga perlu memegang asas-asas seperti:
kerjasama kelompok, kemampuan bertanggung jawab, keinginan pada kemauan,
kegembiraan yang harus dimiliki seluruh anggota, hormat, jujur, disiplin,
kemampuan menempatkan diri, kemampuan dan kesopanan yang dimiliki seuluruh
anggota.
3.2 Kesimpulan
Dengan demikian dapat di
simpulkan, dalam memajuakan kebudayaan sekolah seluruh anggota yang ada dalam lingkungan
sekolah sangat berperan penting dalam memajukan kebudayaan tersebut dari kepala
sekolah, staf, pendidik, siswa , orang tua, dan masyarakat.
DAFTAR RUJUKAN
Ansar .2012.Budaya Sekolah Dalam Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah. http:/www.google.com.diakses
17 Maret 2012.
Sudrajat, A.2010. Pengembangan
Budaya Sekolah.http:/www.google.com.diakses 17 Maret 2012.
http://www.wikipedia.com/·diakses
18 Maret 2012.
terima kasih kepada mas Maulana Sulton. :D (y)
BalasHapussama2 mas darmawan.....kalau mau buat makalah, artikel di atas tinggal bagi per bab aja....hehehehe
Hapus