Jumat, 06 September 2013

SMKN 04 Grafika Malang

Grafika adalah segala macam cara pengungkapan ide,gagasan,dsb,yang di olah untuk diperbanyak dan di sebarkan pada khalayak umum dan di sebut sebagai media masa (Budhi Prasetyo,Guru SMKN 04 MALANG).

pada dasarnya grafika adalah ilmu yang mempelajari tentang tata cara penyebarluasan informasi,baik secara manual maupun digital.

Grafika di klasifikasikan menjadi dua bagian yaitu Persiapan cetak dan Cetak.Pada persiapan cetak di bagi menjadi  tiga bagian yaitu Desain,Setting,dan Foto Reproduksi. Sedangkan pada Cetak dibagi menjadi 2 bagian, yaitu Proses cetak dan Finishing.

klasifikasi yang saya sebutkan di atas merupakan suatu rangkaian proses tang tidak dapat di pisahkan,karena pada proses produksi grafika harus berurutan mulai Desain sampai dengan Finishing. Pada proses cetak sendiri dapat dibagi menjadi beberapa metode diantaranya adalah Cetak Offset,Cetak Dalam,Cetak Tinggi,Cetak Sablon. Pada masa saat ini teknologi grafika sudah memasuki era computerisasi

Di indonesia grafika mulai berkembang sejak jaman penjajahan belanda,ini terbukti pada tahun 1937 telah didiraikan Sekolah Tehnik Percetakan (Grafische School) oleh MGR. AEJ. ALIERSO’CARM, seorang pendeta asal belanda yang ada di indonesia.sekolah tehnik percetakan ini adalah sekolah percetakan tertua yang ada di indonesia,yang sekarang namanya sudah menjadi SMKN 04 MALANG.

Saat ini di indonesia sudah banyak didirikan sekolah grafika seperti SMKN 11 Semarang,SMK grafika Desa Putera, SMKN 7 Jakarta, dan masih banyak lagi yang lainya.

Sejarah Pengembangan Cetak Offset

Dalam dunia grafika ada berbagai macam jenis cara pencetakan salah satunya adalah cetak offset,Cetak offset adalah sistem pencetakan yang menggunakan prinsip penularan (offset),dimana gambar atau image yang akan dicetakkan tersebut berada pada selembar pelat cetak(silinder acuan) kemudian di transfer ke kain karet (silinder blanket) dan kemudian di transfer ke bahan cetak.bagaimana permulaan cetak sistem offset ini muncul,demikian sedikit ulasan masalah pengembangan mesin cetak offset.


Pada taraf permulaan, Alois Senefelder yang berasal dari Bayern Jerman dan dilahirkan di Praha 06 november 1771 mempergunakan lembaga yang dietsa. Tetapi harga tembaga sangat mahal dan memerlukan waktu lama dalam menggosok pelat yang akan digunakan. Kemudian selanjutnya ada gagasan untuk menuangi batu yang ditulis dengan larutan sendawa sehingga gambar diatasnya akan ternaikan (muncul). Ia berhasil dan bagian yangterkena lemak dan sampingnya sedikit termakan oleh asam, akhirnya mencuat sekitar 1mm diatas bagian yang tidak termakan oleh asam. 

Sekitar tahun 1796 , Alois Senefelder menemukan cara mencetak semacam ini yang dinamakan cetak batu lithografi , dan setelah melakukan eksperimen selanjutnya yaitu sekitar kurang lebih satu tahun ketika saat diketahuilah bahwa pengetsaan lebih rendah dari bagian yang tidak mencetak tidak perlu lagi karena pengetsaan membuat bagian yang tidak mencetak menentang lemak dan menerima air (prinsip lithografi). Kejadian inilah yang disebut dengan PRINSIP LITHOGRAFI (cetak datar) yaitu dimana terjadi tolak menolak antara air dan lemak (tinta). 

Setelah ditemukan pemotretan LJM Daguere dari Prancis, maka sejak saat itu pembuatan gambar di atas batu dengan tangan tidak lagi digunakan karena hasilnya lambat dan pada perkembangan berikutnya sebagai acuan digunakanlah bahan yang terbuat dari pelat logam aluminium , yang digunakan saat ini. 

Bahan ini adalah yang paling terbaik dari jenis logam lainnya sebagai pelat offset , lebih mudah dikerjakan dan ditangani dari pada bahan lainnya sebagai bahan cetak. Dikatakan cetak datar karena acuan cetaknya, dimana pada bagian bidang tidak mencetak (non image) dan bagian cetak (image permukaannya datar). 

Dan dikatakan cetak offset karena cetaknya dilakukan tidak langsung, jadi alih tinta dari acuan cetak dipindahkan dahulu ke media perantara (blanket) kemudian dipindahkan pada kertas yang akan dicetak. 

Pada tahun 1851, G.Sigl membuat mesin cetak batu pertama.Mesin ini menggunakan satu rol tinta, oleh karena itu hasilnya kurang baik,akan tetapi mesin ini mengalami kemajuan pada periode-periode perkembangan selanjutnya. 

Pada tahun 1984, Marinone membuat mesin cetak yang terbuat dengan susunan silinder yangdibungkus dengan bahan elastic,sebagai bahan perantara untuk memindahkan gambar dari silinder plat ke kertas secara tidak langsung. 

Kemudian pada tahun 1906,Caspar Herman seorang warga Negara Jerman yang berimigrasi ke Amerika juga membuat mesin cetak yang memakai silinder tambahan untuk ditempatkan lembar kain karet. Penggunaan kain karet ini memungkinkan mesin mencetak dengan jumlah cukup banyak dan dapat mencetak untuk berbagai jenis kertas, terutama mencetak kertas yang permukaannya licin. Karena kerataan tinta lebih baik dari pada mencetak pada kertas yang permukaannya kasar. 

Dari tahun ke tahun mesin cetak offset mengalami penyempurnaan yang menghasilkan mesin-mesin cetak offset modern, dari ukuran dan type yang berbeda beda. Pada tahun yang sama yaitu 1906, Rubel dari Amerika mempunyai gagasan mempergunakan prinsip cetak offset untuk diterapkan pada cetak rotasi. Kemudian ia menghubungi pabrik mesin Otter dan pabrik ini membuat mesin rotasi offset pertama.

demikian sejaarah pengembangan cetak offset yang saya kutip dari buku cetak lithographi offset (mustofa sudarso & wageyanto)

semoga bermanfaat....